BERITACEPAT24, Lombok – Kabar duka dari Gunung Rinjani akhirnya menemukan titik terang. Setelah beberapa hari penuh spekulasi dan teka-teki, hasil autopsi resmi atas kematian Juliana Marins, pendaki asal Brasil yang ditemukan tak bernyawa di jalur pendakian Rinjani, akhirnya dirilis pihak berwenang. Apa sebenarnya yang menyebabkan nyawa Juliana melayang di salah satu gunung paling populer di Indonesia ini?
Siapa Juliana Marins?
Juliana Marins (29), seorang digital nomad dan pecinta alam asal São Paulo, Brasil, dikenal aktif membagikan momen petualangannya di media sosial. Dalam kunjungan perdananya ke Indonesia, ia memutuskan untuk menaklukkan Gunung Rinjani—gunung tertinggi kedua di Indonesia dengan pemandangan kaldera dan Segara Anak yang ikonik.
Namun tragis, perjalanannya berujung maut.
Kronologi Kejadian: Hilang Kontak di Tengah Jalur Pendakian
Juliana dilaporkan hilang oleh rekannya pada tanggal 18 Juni 2025 setelah tak kunjung kembali ke basecamp usai mendaki dari jalur Sembalun. Tim SAR melakukan pencarian selama lebih dari 36 jam sebelum akhirnya menemukan jasadnya pada ketinggian 2.800 meter.
Banyak yang bertanya—apa yang sebenarnya terjadi?
Hasil Autopsi Resmi: Inilah Penyebab Kematian Juliana Marins
Berdasarkan keterangan resmi yang dirilis oleh RS Bhayangkara Mataram, berikut hasil autopsi lengkap yang mengungkap penyebab kematian Juliana Marins:
- Hipotermia Akut
Suhu tubuh Juliana ditemukan berada jauh di bawah normal. Menurut tim forensik, ia kemungkinan besar tersesat saat malam hari tanpa perlindungan memadai dari suhu dingin ekstrem di atas 2.500 mdpl. - Cedera Kepala Ringan
Ditemukan luka lecet dan benjolan kecil di sisi kanan kepala. Namun tidak cukup signifikan untuk menjadi penyebab utama kematian. Diduga akibat tergelincir di jalur berbatu. - Kekurangan Cairan dan Energi (Dehidrasi dan Hipoglikemia)
Autopsi menunjukkan tanda-tanda dehidrasi berat serta kekurangan glukosa dalam darah. Ini memperkuat dugaan bahwa ia kelelahan parah dan tidak mendapatkan asupan nutrisi cukup selama pendakian. - Tidak Ditemukan Tanda Kekerasan atau Penganiayaan
Tidak ada tanda-tanda kekerasan fisik atau bekas perlawanan. Hal ini sekaligus mematahkan rumor liar tentang dugaan tindak kriminal.
Peringatan untuk Pendaki: Jangan Remehkan Gunung Tropis
Kasus Juliana Marins menjadi pengingat penting bagi seluruh pendaki, baik pemula maupun profesional. Meski berada di kawasan tropis, suhu malam hari di gunung bisa turun drastis hingga mencapai 5 derajat Celsius atau lebih rendah, terutama di musim kemarau.
Penting untuk memperhatikan:
- Persiapan fisik dan mental
- Perlengkapan mendaki (jaket hangat, sleeping bag)
- Peta dan GPS offline
- Informasi cuaca dan izin resmi pendakian
- Tidak mendaki sendirian
Reaksi Dunia Internasional
Kepergian Juliana menarik perhatian luas, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di Brasil. Beberapa influencer dan komunitas pendaki di Amerika Selatan menyuarakan duka dan menyebut Juliana sebagai “wanita pemberani yang mencintai alam”.
Instagram-nya yang kini dibanjiri ucapan duka menjadi saksi bahwa perjalanan hidupnya sangat menginspirasi banyak orang.
Penutup: Tragedi yang Menjadi Pelajaran
Insiden tragis ini seharusnya bukan hanya menjadi berita viral sesaat, tetapi juga menjadi refleksi bersama. Gunung bukan tempat untuk bermain-main. Di balik keindahannya, selalu ada potensi bahaya yang mengintai.
Semoga keluarga Juliana diberi ketabahan, dan semoga kejadian ini meningkatkan kesadaran akan pentingnya keselamatan dalam mendaki.